Kamis, 26 Februari 2009

Struktur Pasar Semen di Tiga Provinsi Oligopolistik

Minggu, 15 Februari 2009 | 23:21 WIB

MEDAN, MINGGU - Hasil kajian Komisi Pengawas Persaingan Usaha terhadap pasar semen di tiga provinsi, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menemukan, struktur pasar semen di ketiga daerah ini oligopolistik atau praktik penguasaan pasar oleh beberapa pelaku usaha. Dua produsen semen, PT Semen Padang dan PT Semen Andalas Indonesia menguasai 85,99 persen pasar industri semen di ketiga provinsi ini.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Daerah Medan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Verry Iskandar, dengan struktur pasar oligopoli, PT. Semen Padang dan PT. Semen Andalas Indonesia dapat melakuka n penyesuaian untuk tetap menguasai pasar semen di wilyah distribusi ketiga provinsi ini. Menurut Verry, sangat mungkin kedua produsen semen tersebut menjaga sisi penawaran, dengan tidak memaksimalkan kapasitas produksi yang ada.

"Kondisi ini menimbulkan potensi persaingan usaha tidak sehat dalam pasar industri semen," ujar Verry di Medan, Minggu (15/2). Verry mengungkapkan, kajian KPPU terhadap pasar semen di NAD, Sumut dan Sumbar ini dilakukan karena sejak tahun 2007 terjadi kelangkaan semen dan tingkat harga yang tinggi di ketiga darah ini.

"Ada kenaikan harga yang signifikan dan terjadinya kelangkaan semen. KPPU bergerak dari dua hal tersebut," katanya. Kelangkaan dan kenaikan harga yang sangat signifikan tersebut lanjut Verry jadi tanda tanya mengingat kapasitas produksi dua perusahaan tersebut sebenarnya sanggup memenuhi permintaan pasar.

Data hasil kajian KPPU menyebutkan, PT. Semen Padang memiliki kapasitas terpasang sebesar 5.870.000 ton per tahun dan PT. Semen Andalas 1.400.000 ton per tahun. Kapasitas terpasang tersebut tidak dimanfatkan secara maksimal.

PT Semen Padang hanya memproduksi 5.398.598 ton per tahun dan PT Semen Andalas 1.235.597 ton per tahun . Total kapasitas produksi kedua perusahaan tersebut 6.594.195 ton per tahun, atau tidak maksimal jika dibandingkan dengan kapasitas terpasang yang mencapai 7.270.000 ton per tahun. Kapasitas produksi kedua perusahaan hanya sebesar 90,70 persen dari kapasitas terpasang.

Hasil kajian KPPU juga menyebutkan, pasokan semen untuk ketiga provinsi mencukupi permintaan pasar. Rata-rata kebutuhan semen di tiga provinsi pertahunya mecapai 3.560.000 ton. Sedangkan rata-rata pasokan semen untuk ketiga daerah ini sebesar 6.594.195 ton per tahun, atau terjadi kelebihan pasokan 53,98 persen.

"Kenyataannya sempat terjadi kelangkaan semen di pasaran dan harga semen yang tinggi," kata Verry. Dia mengungkapkan, kecenderungan struktur pasar oligopolistik memang membuat harga sebuah produk menjadi tidak kompetitif.

"Kami masih mengkaji, apakah tingginya harga ini terkait juga dengan ongkos transportasi yang membuat produsen semen di luar kedua perusahaan itu enggan memasarkan produknya di ketiga provinsi ini," kata Very.

Hasil kajian KPPU Kantor Perwakilan Medan ini kata Verry akan dilaporkan ke KPPU Pusat untuk tindakan lebih lanjut, terutama terkait munculnya praktik larangan persaingan usaha tidak sehat dalam pasar semen di NAD, Sumut, dan Sumbar.

 

Khaerudin
dari Kompas

PT Semen Gresik Tingkatkan Ekspor Semen

GRESIK, JUMAT — Pada tahun 2009 ini PT Semen Gresik Tbk berupaya meningkatkan ekspor semen hingga 2 juta ton atau 10 persen dari total produksi yang mencapai 18,3 juta ton. Direktur Utama PT Semen Gresik Dwi Sutjipto, Jumat (16/1), menyatakan, tahun sebelumnya PT Semen Gresik telah mengekspor semen sekitar 1 juta ton. Pada 2008 lalu dari rencana produksi 17,7 juta ton terealisasi 18,2 juta ton.

"Sasaran pasar ekspor itu meliputi negara-negara di Timur Tengah, Asia bagian selatan, dan Afrika. Ekspor akan dilakukan jika permintaan semen dalam negeri sudah terpenuhi. Jika kebutuhan semen dalam negeri belum tercapai, perseroan lebih mengutamakan pasar domestik. Sisa pemenuhan kebutuhan dalam negeri baru diekspor, papar Dwi, didampingi Kepala Divisi Komunikasi PT Semen Gresik Saifudin Zuhri.

Menurut dia, PT SG akan mempertahankan posisi sebagai pemimpin pangsa pasar dalam negeri 43,6 persen. Penjualan domestik tergantung permintaan. "Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan sekitar 2 hingga 3 persen karena dampak krisis global masih berlanjut," katanya.

Penjualan semen curah turun karena beberapa proyek investasi besar mengalami tekanan. Penjualan semen curah mencapai 20 persen dari total produksi perseroan, sedangkan permintaan semen curah tergantung infrastruktur besar.

Namun, dengan adanya stimulus pemerintah terhadap proyek infrastruktur diharapkan bisa menekan penurunan penjualan semen curah. Menurut dia, penjualan semen zak yang lebih banyak diperlukan untuk sektor ritel menunjukkan peningkatan permintaan karena adanya penurunan suku bunga bank. "Kami optimistis penjualan semen masih tumbuh dengan perkembangan sektor properti," kata Dwi kepada 16 wartawan yang melakukan rangkaian kunjungan ke pabrik semen di Gresik dan Tuban.

Dwi juga menyatakan, Semen Gresik Group tetap meneruskan rencana ekspansi tahun 2009. Tahun ini perusahaan itu akan melanjutkan proyek peningkatan kapasitas pabrik dengan membangun pabrik baru di Jawa dan Sulawesi berkapasitas masing-masing 2,5 juta ton per tahun dan dua pembangkit listrik di Tonasa, Sulawesi Selatan, berkapasitas masing-masing 35 megawatt.

Upaya korporasi membutuhkan sedikitnya 1,3 miliar dollar AS. Perseroan mengoptimalkan pendanaan internal untuk membiayai sebagian proyek dan sisanya dari lembaga keuangan, seperti Bank Mandiri. Pabrik di Sulawesi diharapkan beroperasi tahun 2011 dan di Jawa tahun 2012. Optimalisasi kedua pabrik ini akan membuat kapasitas terpasang perseroan menjadi 23,4 juta ton pada 2014.

Dwi menyatakan bahwa rencana pembangunan pabrik di Pati Jawa Tengah telah mengalami progress signifikan, kelayanan analisis mengenai dampak lingkungan sudah didapatkan. Menurut dia, dalam pembangunan pabrik baru perlu dipertimbangkan ketersediaan bahan baku, insftrastruktur, dan pasar. "Di Sumatera sebenarnya bahan bakunya bagus namun terbentur dengan lokasinya berada di area hutan lindung dan cagar alam," katanya.

Pimpinan proyek pengembangan pabrik semen di Pati, Sofwan Heri menambahkan, rencana pabrik di Pati telah ditandatangani dokumen Amdal pada 31 Desember 2008. Masalah pembebasan lahan menunggu validasi dokumen kepemilikan tanah, terutama terkait tanah kas desa dan tanah yayasan.

Sofwan menambahkan, izin lokasi seluas 1.350 hektar di tanah batu kapur di hutan produktif kawasan budi daya bukan hutan lindung. Dari 10 syarat sesuai aturan yang ada, enam telah terpenuhi. "Kami tinggal menunggu proses rekomendasi izin gubernur untuk eksploitasi dan diajukan ke menteri," katanya.

Adi Sucipto
 sumber kompas

Rabu, 25 Februari 2009

semen padang Super "Portland Pozzolan Cement" (PPC)


Semen padang  Super "Portland Pozzolan Cement" (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :

o konstruksi beton massa (bendungan, dam dan irigasi)

o Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat (Bangunan tepi pantai, tanah rawa).

o Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.

o Pekerjaan pasangan dan plesteran.
Untuk informasi dapat menghubungi soni di PT Sinar Dinamika Beton
atau HP : 085719774000

Semen Padang Portland Composite Cement (PCC)


 Semen Padang Portland Composite Cement (PCC)
Semen memnuhi persyratan mutu portland COmposite Cement SNI 15-7064-2004. Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
Untuk Informasi Pembelian dapat menghubungi : Soni di PT Sinar Dinamika Beton
Hp : 085719774000

Semen Padang Portland Type I


Semen padang Portland Type I 
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% - 0,10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, dan lain-lain
Untuk Pemesanan Langsung dapat menghubungi PT Sinar Dinamika Beton
Soni
Hp: 085719774000

Semen Penyerap CO2 Oleh British Engineer


Penemuan ini dapat menjadi salah satu cara untuk gas rumah kaca dari atmosfer kita. Sekarang, semen merupakan komoditas yang terbilang sangat besar, mencapai 2 milyar ton diproduksi tiap tahunnya diseluruh dunia, dan semen bertanggung jawab 5 persen dari emisi CO2 dunia. Hal yang sangat mengejutkan, pada tahun 2020 kebutuhan semen akan naik 50 persen dibanding tahun ini menurut Agricole sebuah Bank dari Prancis.

Pada proses pembuatan semen secara tradisional, semen menghasilkan gas rumah kaca dari proses pemanasannya dan proses memasak bahan baku seperti limestone (batu kapur). Pembakaran dan kebutuhan energi tersebut menghasilkan CO2. Dan sampai sekarang, belum ada orang yang mampu merubah fundamental pembuatan semen tersebut, hingga Nikolaos Vlasopoulos mengungkapkan hasil penelitiannya.

“Formula baru yang ramah lingkungan ini dapat merubah industri semen menjadi penyerap karbon yang baik,” kata kepala peneliti Novacem yang berbasis di London. Penelitian yang mendapat dukungan dari para pecinta lingkungan ini, menggunakan material berbeda untuk bahan dasar pembuatan semen. Novacem yang didirikan oleh Vlasopoulos dan rekan-rekannya di Imperial College London telah menarik perhatian perusahaan konstruksi besar seperti Rio Tinto Minerals, WSP Group dan Laing O’Rourke, dan banyak investor termasuk Carbon Trust.

Semen Novacem tersebut berbasis magnesium silikat dan tidak membutuhkan energi yang besar pada pemanasannya. Semen tersebut juga akan menyerap CO2 pada saat ia mengeras. Perusahaan ini pemulai Pilot Plant senilai £1.5m didanai oleh Technology Strategy Board, sebuah badan milik pemerintah UK. Bila sema berjalan lancar, Vlasopoulos memperkirakan produk Novacem akan ada di pasaran dalam lima tahun lagi. “Di UK perubahan iklim ini memaksa kita untuk mengurangi emisi CO2 dan seluruh sektor harus berperan didalamnya. Industri konstruksi harus bertanggung jawat penuh atas pengaruh lingkungan yang disebabkan oleh industri itu sendiri.” dikatakan oleh Jonathan Essex, seorang civil engineer konsultan Bioregional yang juga duduk dalam panel kepedulian lingkungan untuk Institusi Civil Engineers. Bila Novacem dapat membuat semen mereka dengan harga yang kompetitif,m langkah selanjutnya adalah menggunakan energi terbarukan untuk tungku pemanas agar dapat mengurangi lagi emisi CO2-nya.

Menurut Novacem, peroduknya dapat menyerap sekitar 0,6 ton CO2 setiap ton semen. Dapat dibandingkan dengan emisi karbon 0,4 ton setiap pembuatan semen standar. Sebelumnya telah ada beberapa usaha untuk membuat semen yang lebih ramah lingkungan, ada yang menggunakan tambahan aggregate pada campuran konsentratnya sehingga menggunakan semen yang lebih sedikit, akan tetapi belum mampu mengatasi permasalahan utama emisi CO2 proses pembuatan semennya. Usaha lainnya adalah dengan membuat campuran polimer tapi tetap tidak berpengaruh besar pada pasar.

Pembicara dari Asosiasi Semen British mengungkapkan keraguannya pada berbagai penelitian laboratorium untuk semen-semen jenis baru dan permasalahannya. “Realitanya terdapat ketersedian geologis dan distribusi globan dari sumber daya alam yang sesuai, disandingkan dengan besarnya validasi yang dibutuhkan untuk memastikan kesesuaian tujuan, membuat semen-semen tersebut sangat tidak sesuai sebagai alternatif yang realistis bahan bangunan.”

Vlasopoulos merespon bahwa magnesium silikat banyak sekali terdapat di seluruh dunia, sekitar 10.000 milyar ton tersedia menurut beberapa perkiraan. “Sebagai tambahan, proses produksi semen ini adalah alamiah secara kimia, artinya semen ini dapat menggunakan berbagai produk samping industri yang terdapat magnesium didalamnya.” Ia percaya bahwa material ini cukup kuat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, tetapi ia mengakui bahwa untuk mendapatkan lisensi kebenarah hal itu membutuhkan waktu beberapa tahun percobaan.
Perbandingan: Semen Ecofriendly dengan Tradisional

Semen standar, biasa diketahui dengan Portland cement, dibuat dengan cara memanaskan batu kapur (limestone) atau tanah liat (clay) pada temperatur sekitar 1.500 C. Dari proses ini, pembakaran bahan baku tersebut melepaskan 0,8 ton CO2 setiap ton semen yang diproduksi. Ketika dicampur dengan air untuk digunakan sebagai bahan bangunan, setiap ton semen dapat menyerap 0,4 ton CO2, tapi tetap saja keseluruhan proses menyisakan emisi karbon 0,4 ton setiap ton semen.

Semen Novacem, yang masih belum dipatenkan, menggunakan magnesium silikat sehingga tidak menghasilkan CO2 dari proses pembuatannya. Proses produksinya juga berjalan pada temperatur yang lebih rendah yakni 650 C. Hasil akhir menunjukkan bahwa semen Novacem menghasilkan emisi CO2 sebesar 0,5 ton setiap ton semen. Akan tetapi, dengan formula Novacem ini, semen mampu menyerap CO2 lebih banyak, sekitar 1,1 ton. Sehingga proses keseluruhannya adalah carbon negative, mampu menyerap 0,6 ton CO2 dari udara setiap ton semen yang digunakan.

Sumber:
Guardian Enviromental Network

VI. Dampak Lingkungan dan Sosial dari penambangan Semen

Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakannya serta proses produksi yang dilaluinya, maka semen mempunyai dampak penting untuk komponen-komponen lingkungan seperti diuraikan di bawah ini :

 

a) LAHAN; dampak yang bersifat merugikan adalah :

· Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.

· Perubahan dari segi tata guna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta pembangunan fasilitas lainnya. Perubahan ini dari segi waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas penampungan air yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas air sungai. Sedangkan dari segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau keselarasan lingkungan setempat.

 

b) AIR; dampak yang bersifat merugikan adalah :

· Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.

· Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi kering pada musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu cepat.

 

3. UDARA; dampak yang bersifat merugikan adalah :

a) Debu yang dihasilkan oleh kegiatan pabrik terdiri dari :

· Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses pembakaran,

· Debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya.

b) Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu tersebut, dapat menimbulkan pencemaran udara yang sangat mengganggu, antara lain dapat mengakibatkan naiknya temperatur udara di sekitar pabrik, bahkan dapat menimbulkan penyakit.

c) Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2 dan SO2 yang mengandung hidrokarbon dan belerang.

d) Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :

· Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,

· Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan baku,

· Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur.

e) Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis endemik, berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.

f) Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka). Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut.

  Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan semen terhadap lingkungan sosial atau kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :

* Status gizi kadar hemoglobin darah dimana semakin rendah status gizi seseorang, semakin rendah kadar hemoglobin darahnya.

* Dampak lingkungan terhadap pola penyakit, khususnya penyakit saluran pernafasan, seperti bronchitis, pharingtis dan tbc paru serta silicosis (pneumocosis), penyakit saluran pencernaan dan gangguan pada kulit.

* Morbidity rate (angka kesakitan) dari penyakit-penyakit tertentu untuk dapat menggambarkan besarnya dari dampak penyakit-penyakit tersebut di atas terhadap kesehatan. Beberapa penyakit yang diperkirakan akan meningkat intensitasnya antara lain penyakit yang saluran nafas, penyakit yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan (psycho-social) dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat.

* Penyakit gangguan kejiwaan (psiko-sosial) adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh adanya sebab-sebab fisik, tetapi penyakit yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan yang sulit diterangkan secara fisis maupun biologis, misalnya sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya, nyeri ulu hati, gelisah, sulit tidur, berdebar-debar (yang dalam istilah kedokteran dinamakan gastritis, cephagia, neurosis anxiety).

* Penyakit akibat kecelakaan kerja.

* Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh rendahnya mutu lingkungan, seperti penyakit perut (diarhea), demam berdarah, malaria kulit dan sebagainya.

Seperti telah dikemukakan di atas, ternyata semen memang menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi linkungan. Sayang sekali tidak ada informasi tentang berapa besarnya (magnitude) dampak-dampak negatif ini (khususnya dalam kasus Indonesia), Padahal hal ini sangat penting untuk menjadi alasan bahwa semen memang harus dikenai cukai, karena dampak-dampak negatif tersebut seringkali “berada di atas nilai ambang batas yang wajar.”

Pengertian semen itu

I. Pengertian Semen

 

  Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. 

Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

- semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.

- semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni. 

- oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

- mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

  Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus :

  (% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)

Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5>1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.

 

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :

· Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.

· Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu : 

- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.

- proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.

- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).

- proses pendinginan terak.

- proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.

   

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas